Pemerintah optimistis sektor manufaktur RI tumbuh menguat di tahun 2025. Meski di sisi lain, pemerintah mengakui masih adanya risiko ancaman global yang bisa berdampak ke RI.
Pemerintah sendiri telah mengungkapkan kekhawatirannya atas dampak risiko global, termasuk dari China, yang bisa berdampak ke RI. Hal itu dalam analisis panjang lebar yang dituangkan pemerintah dalam Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025.
Disebutkan, perekonomian global masih sangat dinamis dengan risiko ketidakpastian. Ada risiko potensi pertumbuhan ekonomi global yang stagnan-bahkan di bawah level prapandemi.
Risiko dan ketidakpastian ini berasal dari kebijakan suku bunga tinggi, juga eskalasi konflik geopolitik. Ditambah, risiko-risiko berdampak struktural, seperti perubahan iklim, digitalisasi, serta penuaan demografi.
Tak hanya itu. Salah satu yang juga tak luput dari kekhawatiran pemerintah adalah risiko peningkatan tensi perang akibat isu overproduksi di China.
“Sebagai salah satu pasar negara berkembang terbesar di dunia, perkembangan ekonomi China berdampak signifikan pada prospek ekonomi global,” demikian dikutip dari Buku II RAPBN 2025, Selasa (20/8/2024).
“Terlepas dari perbaikan outlook pertumbuhan tahun 2024 dan 2025 oleh IMF, perekonomian China diproyeksikan mengalami perlambatan.”
Pemerintah menguraikan, penyebab melambatnya ekonomi China diantaranya dipicu oleh permintaan domestik yang lesi, krisis properti yang persisten, meningkatnya restriksi perdagangan terhadap ekspor China, serta faktor penuaan demografi.
Disebutkan, konsumsi domestik China selama beberapa waktu terakhir mengalami pelemahan. Terlihat dari inflasi yang sangat rendah dan indeks penjualan retail yang menurun. Di saat bersamaan, krisis sektor properti tak kunjung reda. Padahal pemerintah China telah menggelontorkan berbagai insentif untuk mendorong pertumbuhan sektor.
“Situasi ini mendorong China meningkatkan ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonominya. Hal ini memicu permasalahan overproduksi, di mana China ditengarai mengekspor kelebihan produksi ke negara lain.”
Pemerintah pun mengakui, fenomena overproduksi di China meningkatkan tensi dagang antara China dengan negara maju, terutama AS dan Eropa. Produk China yang dinilai lebih murah dikhawatirkan menekan daya saing industri dalam negeri mereka, terutama industri teknologi dan energi terbarukan.
“Tantangan restriksi perdagangan ini selanjutnya dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi China.”
Disebutkan, RAPBN Tahun 2025 disusun dengan mempertimbangkan faktor perekonomian global dan dilandaskan pada bauran kebijakan jangka pendek, menengah, dan panjang. Untuk mendorong pencapaian Visi Indonesia Emas 2045, serta memberikan ruang untuk pelaksanaan program pemerintahan selanjutnya.
“Hal tersebut diperlukan agar peralihan pemerintahan dapat dilakukan secara lancar pada masa transisi,” tulis pemerintah.
Pemerintah menegaskan, kebijakan fiskal yang disusun diharapkan dapat menjawab tantangan, baik struktural maupun siklikal, yang berasal dari global dan domestik.
“Perekonomian global yang masih dinamis diperkirakan akan menjadi tantangan terhadap kinerja ekonomi ke depan,” sebut pemerintah.
Beberapa dinamika global yang masih akan memengaruhi Indonesia, termasuk sektor manufaktur:
– pertumbuhan ekonomi global diprediksi masih stagnan di 3,3% pada tahun 2025
– penurunan inflasi global memicu penundaan normalisasi kebijakan moneter bank sentral negara-negara maju
– suku bunga global yang masih tinggi mendorong pengetatan likuiditas dan terbatasnya arus modal ke negara-negara berkembang
– fragmantasi dan proteksionisme akibat tensi geopolitik yang masih eskalatif
– perang Rusia-Ukraina dan konflik di Timur Tengah yang belum reda
– risiko persaingan hegemoni AS-China masih berlanjut.
Manufaktur RI Bisa Tumbuh Menguat
Pemerintah dalam analisisnya menyebutkan, sektor manufaktur diperkirakan tumbuh menguat pada tahun 2025.
“Mulai beroperasinya beberapa proyek investasi pada tahun 2025, seperti proyek investasi petrokimia di Banten, pabrik sel baterai kendaraan listrik di Jawa Barat, serta proyek hilirisasi tembaga di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi penopang meningkatnya sektor manufaktur pada tahun 2025,” tulis pemerintah.
Dalam arah kebijakan tahun 2025, pemerintah menegaskan, industri hilir komoditas unggulan akan terus dioptimalkan dan melanjutkan pembangunan proyek IKN yang akan mendorong permintaan besi baja dalam negeri.
Di sisi lain, untuk mendorong sektor manufaktur perlu peningkatan kualitas SDM. Diantaranya melalui peningkatan riset dan penelitian untuk pengembangan industri high tech.
Sebelumnya, untuk pertama kalinya dalam 34 bulan berturut-turut, sektor manufaktur RI terkonfirmasi tengah mengalami tekanan.
Terlihat dari data Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia bulan Juli 2024. Tercatat, PMI Manufaktur anjlok level ke 49,3 pada Juli 2024 dari posisi bulan Maret 2024 yang ada di level 54,2.
Ini adalah kontraksi pertama selam hampir 3 tahun terakhir.
Kontraksi itu dipicu oleh penurunan bersamaan pada output dan pesanan baru. Permintaan pasar yang menurun jadi faktor utama penyebab penjualan turun. Disebutkan, produsen merespons kondisi ini dengan sedikit mengurangi aktivitas pembelian mereka pada bulan Juli.