Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan sikap wait and see pelaku pasar perihal data pertumbuhan ekonomi AS malam hari nanti.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,06% di angka Rp15.410/US$ pada hari ini, Kamis (29/8/2024). Hal ini sejalan dengan penutupan perdagangan kemarin (28/8/2024) yang terapresiasi 0,45%.
Lebih lanjut, posisi ini juga merupakan yang terkuat sejak akhir Desember 2023 atau sekitar delapan bulan lalu.
Sementara DXY pada pukul 14:54 WIB turun 0,1% di angka 100,99. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 101,09.
Penantian pelaku pasar untuk malam hari ini menjadi hal yang mendorong pergerakan rupiah hari ini yakni data pertumbuhan ekonomi AS estimasi kedua untuk kuartal II-2024 pada malam hari nanti.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) perkiraan kedua AS pada kuartal II-2024 akan tumbuh 2,8%, sama seperti perkiraan awal yang diumumkan pada Juli.
Setiap perubahan dapat memengaruhi ekspektasi terhadap langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berikutnya, meski The Fed sudah mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya mengingat waktunya telah tiba.
Revisi ini juga akan sangat penting untuk menilai ketahanan ekonomi AS dalam menghadapi potensi penurunan suku bunga.
Hingga saat ini, survei CME FedWatch Tool menunjukkan 65,5% pelaku pasar berekspektasi terjadi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bps), Sementara 34,5% sisanya justru berekspektasi terjadi penurunan suku bunga yang lebih besar yakni 50 bps.
Lebih lanjut pemangkasan pada September diperkirakan tidak akan terjadi sekali pada sisa akhir tahun ini. Namun juga akan diikuti pemangkasan pada November dan Desember. Masing-masing 25 basis poin dan 50 basis poin. Sehingga pada akhir tahun diperkirakan suku bunga The Fed akan berada di target 4,25% hingga 4,5% atau turun sebesar 100 basis poin.
Jika hal ini benar-benar terjadi, maka rupiah dapat lebih perkasa dihadapan dolar AS mengingat DXY berpotensi turun lebih dalam.