Penjualan mobil di RI belakangan anjlok akibat melemahnya daya beli masyarakat. Faktor itu juga yang membuat masyarakat mulai beralih untuk membeli kendaraan dengan harga lebih terjangkau, yakni mobil bekas.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengakui belakangan masyarakat mulai beralih ke mobil bekas karena faktor transparan.
“Belakangan mobil bekas (lebih) laku karena transparan. Mobil yang dijual relatif harganya lebih kompetitif, kemudian cacat-cacatnya pun sudah diberi tahu (oleh para pemilik) dan ada jaminan dalam pengakuan mereka,” katanya dalam Forum Editor Otomotif dikutip Senin (25/11/2024).
Kondisi itu berbalik dengan beberapa tahun silam dimana kala itu membeli mobil bekas seperti ‘membeli kucing dalam karung’. Saat itu, penjual mobil bekas cenderung menutupi kondisi mobil yang sebenarnya.
“Transparansi informasi dan harga yang lebih kompetitif membuat mobil bekas semakin diminati,” sebut Kukuh.
Namun minat masyarakat pada mobil bekas justru bisa membuat industri otomotif nasional semakin terpuruk karena pasar akan semakin berpaling, lebih memilih membeli mobil bekas.
Penjualan di tahun ini yang terancam tidak tembus 1 juta unit kemungkinan bakal berlanjut di tahun depan.
“Jika tidak ada tindakan segera, ekosistem industri otomotif nasional terancam. Proyeksi penjualan (di tahun 2025) diproyeksikan tidak lebih dari satu juta unit,” tegas Kukuh
Merujuk riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI), pasar mobil bekas naik hampir tiga kali lipat dari 500 ribu unit pada 2013 menjadi 1,4 juta unit pada 2023. Sebanyak 63 persen masyarakat di pulau Jawa membeli mobil bekas sepanjang 2023. Sementara di Sumatra tidak setinggi Jawa, namun pilihan mobil bekas dominan.
Tidak ketinggalan, ada perubahan kebiasaan masyarakat mengganti mobil baru yang semula lima tahun sekali kini menjadi 7 tahun.