Johor Bahru jadi salah satu tempat yang ramai dilirik investor asing untuk membangun pusat data (data center). Menteri Kominfo Budi Arie menyoroti hal ini saat pembukaan FGD Kadin Indonesia, di Jakarta, Jumat (30/8/2024).
“Presiden meminta kemarin sudah Revisi PP 71/2019, [Presiden bertanya] kenapa kita bisa kalah dari Johor Bahru soal data center,” kata Budi Arie.
Dari analisanya, Johor Bahru menawarkan beberapa hal kepada para investor. Misalnya listrik 8 sen dolar/kwh, pembebasan pajak, dan kepastian hukum.
“Ini bisa kita lawan, masa enggak bisa sih Indonesia ngasih listrik 8 sen,” kata dia.
Investasi data center yang masuk ke Malaysia cukup besar dibandingkan dengan Indonesia. Malaysia mendapatkan US$25 miliar atau Rp 400 triliun selama 2019-2024, jauh di atas Indonesia yang hanya Rp 10 triliun.
Sebelumnya, Budi Arie juga mengatakan kapasitas data center di Johor Bahru juga terus dikembangkan. Lima tahun lalu hanya 10 megawatt kini menjadi 1,3 gigawatt.
“Nah karena itulah kita juga merasa kenapa Indonesia kok enggak bisa, karena potensi kita kan harusnya besar,” ujar kata Budi dalam Economic Updates 2024 CNBC Indonesia.
Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan. Misalnya review pada regulasi terkait, sumber daya untuk kesejahteraan lahan, air, listrik, khususnya green energi. Terakhir. terkait insentif pajak.
Budi mengaku optimis bersaing dengan negara lain. Sebab sumber energi yang berlimpah ada di Indonesia.
“Kita ini negara sumber energi listriknya sangat melimpah yang belum kita wujudkan semua. Energi terbarukan kita masih berlimpah. Matahari, selain air, dan sebagainya.” tandasnya.