Hadapi ‘Ancaman’ Bersama, AS-RI Cs Bahas Kelakuan China di LCS

SPRATLY ISLANDS, AT SEA - OCTOBER 25: Buildings and structures are seen on the artificial island built by China in Mischief Reef on October 25, 2022 in Spratly Islands, South China Sea. China has progressively asserted its claim of ownership over disputed islands in the South China Sea by artificially increasing the size of islands, creating new islands and building ports, military outposts and airstrips. The South China sea is an important trade route and is of significant interest as geopolitical tensions remain high in the region. (Photo by Ezra Acayan/Getty Images)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan kekhawatiran ASatas aktivitas China yang semakin berbahaya dan tidak sah di Laut China Selatan saat pertemuan tahunan dengan para pemimpin ASEAN, Jumat (11/10/2024).

Blinken menegaskan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung kebebasan navigasi di jalur perdagangan laut yang sangat penting ini.

Pertemuan Blinken dengan para pemimpin ASEAN dilakukan setelah serangkaian konfrontasi kekerasan di laut antara China dan anggota ASEAN, yaitu Filipina dan Vietnam. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tindakan China yang semakin agresif di perairan tersebut bisa memicu konflik besar.

“Kami sangat prihatin dengan aktivitas China yang semakin berbahaya dan tidak sah di Laut China Selatan yang telah melukai orang, merusak kapal-kapal negara ASEAN, dan bertentangan dengan komitmen untuk penyelesaian damai sengketa,” kata Blinken dalam pidato pembukaannya pada KTT AS-ASEAN, dilansir Associated Press.

“Amerika Serikat akan terus mendukung kebebasan navigasi dan kebebasan penerbangan di Indo-Pasifik.”

China mengeklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, yang juga diklaim oleh anggota ASEAN seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, serta Taiwan. Laut ini merupakan jalur perdagangan utama global dan kaya akan sumber daya alam seperti ikan, gas, dan minyak.

Beijing menolak putusan arbitrase internasional 2016 yang membatalkan klaimnya yang luas, dan telah memperkuat serta memiliterisasi pulau-pulau di wilayah tersebut.

Filipina dan China beberapa kali bentrok tahun ini, sementara Vietnam melaporkan bahwa pasukan China menyerang nelayan mereka. China juga mengirim kapal patroli ke wilayah yang diklaim Indonesia dan Malaysia sebagai zona ekonomi eksklusif.

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., pada pertemuan tersebut menyatakan bahwa negaranya terus mengalami pelecehan dan intimidasi oleh China. Ia menekankan pentingnya mendesak negosiasi ASEAN-China untuk segera menyelesaikan kode etik yang akan mengatur Laut China Selatan.

Perdana Menteri China, Li Qiang, bersikap tegas dalam pertemuan tersebut, mengklaim bahwa Laut China Selatan adalah “rumah bersama” dan China hanya melindungi hak-hak kedaulatannya. Li juga menuduh adanya campur tangan dari “kekuatan luar” yang ingin memperkenalkan konflik geopolitik di Asia, yang diduga merujuk pada Amerika Serikat.

Blinken juga menegaskan pentingnya menjaga stabilitas di Selat Taiwan, sebuah wilayah yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya, tetapi memiliki pemerintahan sendiri.

Selain isu Laut China Selatan, Blinken juga membahas tantangan bersama lainnya, seperti perang saudara di Myanmar, perilaku destabilisasi Korea Utara, dan agresi Rusia di Ukraina. Dia menekankan komitmen AS untuk terus memperkuat kemitraan dengan ASEAN dan meningkatkan investasi di wilayah tersebut.

https://cambodianyouth.org/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*