Dunia Dihantui Krisis Kopi, Nasib RI Gimana?

Penjualan kopi Nusantara di kawasan Jakarta, Jumat (13/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Harga kopi global tengah mengalami lonjakan signifikan. Pada 30 Januari 2025, harga kopi arabika di bursa ICE mencapai rekor tertinggi, mendekati $4 per pon.

Dilansir dari Reuters, harga kopi naik 1,9% dalam sehari dan lebih dari 15% sejak awal tahun. Tercatat bahwa roaster besar seperti NestlĂ© dan JDE Peet’s masih kekurangan pasokan dan harus membeli lebih banyak, sementara spekulan tetap optimistis. Stok arabika bersertifikat di ICE juga turun drastis hampir 100.000 kantong menjadi sekitar 900.000 kantong, menunjukkan ketatnya pasokan.

Meski sempat ada harapan bahwa kondisi di Brasil akan membaik karena hujan beberapa bulan terakhir, prakiraan cuaca terbaru menunjukkan curah hujan di bawah rata-rata dan suhu yang meningkat, kembali memicu kekhawatiran.

Robusta juga mengalami kenaikan, naik 2,2% ke $5.734 per metrik ton, mendekati rekor tertinggi. Petani Vietnam menahan penjualan dengan harapan harga terus naik, sementara perdagangan dan pengiriman melambat menjelang Tahun Baru Imlek.

Selain itu, kenaikan ini dipicu oleh pasokan yang sangat ketat dan kekhawatiran terhadap prospek panen mendatang.

Indonesia, sebagai produsen kopi terbesar kelima di dunia dengan kontribusi 5% terhadap produksi global, kemungkinan tidak luput dari gejolak ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi kopi Indonesia mengalami penurunan dari 771 ribu ton pada 2022 menjadi 756,1 ribu ton pada 2023.

Penurunan produksi ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim yang ekstrem, serangan hama, dan kurangnya peremajaan tanaman. Kondisi ini menjadi sinyal bahaya bagi sektor kopi nasional yang menjadi tulang punggung bagi jutaan petani.

Di sisi lain, volume ekspor kopi Indonesia juga menunjukkan penurunan signifikan. Pada 2023, ekspor kopi turun drastis menjadi 276.335,2 ton dari 433.881,1 ton pada tahun sebelumnya. Meskipun volume menurun, nilai ekspor tetap tinggi, mencapai US$916,5 juta atau sekitar Rp14,19 triliun, mencerminkan lonjakan harga kopi di pasar internasional akibat terbatasnya pasokan.

Kenaikan harga kopi global memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dari ekspor. Namun, rendahnya produktivitas hanya 780 kg per hektar, dibandingkan dengan Brasil yang mencapai 7.000 kg per hektar dan Vietnam dengan 3.500 kg per hektar menjadi tantangan tersendiri. Urgensi perbaikan infrastruktur pertanian dan regenerasi tanaman kopi menjadi semakin nyata.

Sementara itu, konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat. Data USDA mencatat bahwa konsumsi kopi nasional diperkirakan mencapai 4,79 juta kantong pada 2023/2024.

Survei Snapchart pada September 2023 menunjukkan 79% masyarakat Indonesia minum kopi setidaknya sekali sehari, terutama di pagi hari. Mayoritas konsumen menghabiskan antara Rp6.000 hingga Rp20.000 per cangkir, menjadikan kopi bagian penting dari rutinitas harian.

Di tengah tantangan ini, pemerintah dan pelaku industri mulai menyusun langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan sektor kopi. Program peremajaan tanaman, peningkatan teknik pengolahan, dan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi fokus utama. Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan baik, Indonesia berpotensi mengembalikan posisinya sebagai produsen kopi yang disegani dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*