Pasar dibayangi pertanyaan besar. Apakah ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS), akan jatuh ke jurang resesi atau hanya mengalami tekanan biasa?
Selama setahun, Federal Reserve (Fed) AS telah mempertahankan suku bunga acuan berada di kisaran 5,25%-5,50%. Terakhir the Fed menaikkan suku bunganya pada Juli 2023.
Beberapa analis khawatir kebijakan moneter ketat yang berkepanjangan ini mungkin mendorong ekonomi menuju resesi.
Indikator Resesi Aturan Sahm (Sahm Rule Recession Indicator) sempat menembus ambang batas 0,53. Secara historis, indikator ini telah mengisyaratkan tahap awal resesi dalam ekonomi AS.
Sementara data signifikan diharapkan sebelum pertemuan 18 September 2024, percepatan tren ketenagakerjaan pada bulan Agustus dapat memperkuat the Fed untuk untuk memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin. Namun, saat ini, konsensus condong ke arah pengurangan 25 basis poin.
Brian Jacobsen, Kepala Ekonom di Annex Wealth Management, menyampaikan kekhawatirannya terkait dengan rencana pemangkasan suku bunga the Fed ini.
“The Fed hampir saja mengubah kemenangan menjadi kekalahan. Momentum ekonomi telah melambat hingga ke titik di mana pemotongan suku bunga pada bulan September mungkin tidak cukup. Mereka mungkin perlu menerapkan pengurangan yang lebih substansial daripada pemotongan suku bunga seperempat poin persentase yang biasa dilakukan untuk mencegah resesi,” ujarnya, dikutip dari India Times, Senin (5/8/2024).
Berikut ini, tiga indikator yang memicu kenaikan risiko resesi di AS:
Naiknya Angka Pengangguran
Laporan pekerjaan baru-baru ini dapat mendorong para pejabat bank sentral AS untuk mempertimbangkan kembali apakah kebijakan mereka terlalu mendinginkan pasar tenaga kerja.
Data ketenagakerjaan mengungkapkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja menjadi 114.000 pada bulan Juli, turun dari 179.000 pada bulan sebelumnya. Hal ini telah memicu kekhawatiran bahwa ekonomi AS mungkin akan mengalami resesi.
Partisipasi angkatan kerja meningkat, karena lebih banyak orang yang bekerja atau secara aktif mencari pekerjaan. Data pemerintah akhir Juli menunjukkan bahwa perlambatan pasar tenaga kerja terutama disebabkan oleh berkurangnya perekrutan, bukan peningkatan PHK, dengan perekrutan turun ke level terendah dalam empat tahun pada bulan Juni.
Pada bulan Juli, upah per jam rata-rata tumbuh sebesar 3,6% dari tahun ke tahun, sedikit turun dari kenaikan 3,8% pada bulan Juni. Federal Reserve biasanya memandang pertumbuhan upah antara 3,0% dan 3,5% sesuai dengan target inflasi 2%.