Donald Trump Menang Pilpres AS, Iran Bakal Lakukan Ini

Republican presidential nominee former President Donald Trump talks to reporters as he sits in a garbage truck Wednesday, Oct. 30, 2024, in Green Bay, Wis. (AP Photo/Julia Demaree Nikhinson)

Donald Trump dan Kamala Harris masih bersaing ketat dalam jejak pendapat jelang Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) pada 5 November 2024 mendatang.

Namun, para pemimpin Iran dan sekutu regional mereka di Lebanon, Irak, dan Yaman sudah siap menghadapi kemungkinan buruk dari hasil Pilpres AS, yakni kembalinya Trump ke Gedung Putih.

Iran dan sekutu khawatir Trump akan menimbulkan lebih banyak masalah bagi mereka, dikutip dari Reuters, Sabtu (2/11/2024).

Kekhawatiran utama Iran adalah potensi Trump memberdayakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menyerang situs nuklir Iran, melakukan pembunuhan yang ditargetkan, serta peningkatan sanksi terhadap industri minyak Iran, menurut para pejabat Iran, Arab, dan Barat.

Mereka mengantisipasi bahwa Trump akan memberikan tekanan maksimal kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei agar menyerah dengan menerima kesepakatan pembatasan nuklir dengan syarat yang ditetapkan sepihak.

Potensi perubahan kepemimpinan AS ini bisa berdampak luas terhadap keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, dan mungkin mengubah kebijakan luar negeri serta prospek ekonomi Iran.

Para analis berpendapat bahwa pemerintahan AS berikutnya, baik dipimpin oleh Harris atau Trump, akan sama berdampak buruk bagi Iran. Apalagi di tengah bombardir tak berkesudahan dari Israel yang membantai proksi-proksinya, seperti Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

Kendati demikian, sikap Trump dianggap lebih merugikan Iran karena dukungannya yang lebih terang-terangan terhadap Israel.

“Trump akan memberikan persyaratan yang sangat sulit terhadap Iran atau membiarkan Israel melakukan serangan yang ditargetkan terhadap fasilitas nuklir iran. Trump sepenuhnya mendukung tindakan militer terhadap Iran,” kata Abdelaziz al-Sagher, kepala lembaga think tank Gulf Research Center.

“Ini adalah hari impian Netanyahu untuk membawa Trump kembali ke Gedung Putih,” katanya kepada Reuters.

Seorang pejabat senior Iran yang menolak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa Teheran siap menghadapi semua skenario.

“Kami (selama beberapa dekade) secara konsisten menemukan cara untuk mengekspor minyak, melewati sanksi keras AS, dan telah memperkuat hubungan kami dengan negara-negara lain di dunia tidak peduli siapa yang berada di Gedung Putih,” kata pejabat tersebut.

Namun pejabat Iran lainnya mengatakan kemenangan Trump akan menjadi mimpi buruk, sebab kandidat dari Republik itu akan meningkatkan tekanan pada Iran untuk menyenangkan Israel.

“Trump akan memastikan sanksi minyak ditegakkan sepenuhnya. Jika demikian, negara (kita) akan lumpuh secara ekonomi,” kata pejabat lainnya itu.

Dalam pidato pemilu pada bulan Oktober, Trump menyatakan keengganannya untuk berperang dengan Iran, namun mengatakan Israel harus menghantam nuklir Iran terlebih dahulu dan mengkhawatirkan dampaknya setelahnya. Hal itu ia ungkap sebagai tanggapan atas serangan rudal Iran terhadap Israel pada 1 Oktober.

Peneliti dan penulis buku kelompok Islam, Hassan, mengatakan serangan Israel baru-baru ini terhadap Iran dan sekutunya dianggap sebagai keberhasilan signifikan bagi negara Zionis tersebut.

Mereka memberikan gambaran terkait bagaimana serangan terbatas terhadap Iran memberikan preseden dan mengubah asumsi bahwa tindakan militer terhadap Iran pasti akan memicu perang Timur Tengah yang lebih luas.

Seorang pejabat senior keamanan Arab mengatakan bahwa Teheran “tidak bisa lagi menunjukkan pengaruhnya melalui proksi bersenjatanya” setelah serangan mematikan Israel terhadap para pemimpin Hizbullah dan Hamas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*