![Presiden Joko Widodo mengawali kunjungan kerjanya ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan meninjau pembangunan smelter baru yang dimiliki PT Timah Tbk di Kabupaten Bangka Barat, pada Kamis, 20 Oktober 2022. Dalam keterangannya selepas peninjauan, Presiden menyebut bahwa pembangunan smelter tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam melakukan hilirisasi bahan tambang. (Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden)](https://awsimages.detik.net.id/visual/2022/10/20/presiden-joko-widodo-mengawali-kunjungan-kerjanya-ke-provinsi-kepulauan-bangka-belitung-dengan-meninjau-pembangunan-smelter-ba-2_169.jpeg?w=715&q=90)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, pihaknya akan menyasar program hilirisasi di sektor pertambangan. Mulai dari hilirisasi bauksit, timah, tembaga dan lainnya.
Hal tersebut menyusul kesuksesan hilirisasi komoditas nikel yang terlebih dahulu mendongkrak perekonomian RI. “Jadi, saya katakan bahwa hilirisasi ini kan sudah jalan. Nikel kan sudah bagus. Sekarang kita hilirisasi di komunitas lain. Di bauksit, di tembaga, di timah,” kata Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Senin (23/9/2024).
Bahlil optimistis hilirisasi industri nikel dan sumber daya alam lainnya merupakan kunci dalam upaya pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai di atas 5%.
“Tetapi sekarang kita lagi penataan terhadap bahan-bahan baku kita. Agar bahan baku kita betul-betul diberikan kepada perusahaan yang bisa melakukan hilirisasi. Atau bekerja sama dengan industri-industri,” ujarnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan tak hanya nikel, ke depan pemerintah juga bakal mendorong hilirisasi di mineral lainnya. Mulai dari hilirisasi tambaga, aluminium, bauksit dan lainnya.
“Jadi saya kira ini yang diharapkan bapak presiden adalah kita gak bicara hilirisasi masing-masing komoditas tapi bagaimana membangun industri,” ujarnya dalam Program Closing Bell CNBC Indonesia, dikutip Rabu (27/09/2023).
Menurut Seto dengan menggabungkan hilirisasi mineral tersebut, nilai tambah yang akan diciptakan akan jauh lebih besar. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah tengah fokus untuk mendorong hilirisasi di sektor tambang agar dapat saling terintegrasi menjadi kesatuan.
“Untuk bauksit misalnya, kami banyak menerima tawaran rencana investasi hilirisasi bauksit ini dimulai dari smelter alumina kemudian aluminium,” kata Seto.
Selain itu, Seto juga memperkirakan pasokan tembaga ke depan akan mengalami defisit. Pasalnya, di dalam setiap produksi suatu mobil listrik, setidaknya dibutuhkan 50 kg tembaga.
“Jadi kami sendiri sudah dikontak pabrikan mobil listrik mereka menanyakan, bisa gak Indonesia memberikan suplai tembaga nya untuk mereka. Ya kami bilang bisa asalkan anda mau investasi pabrik mobil listrik di Indonesia,” tambahnya.