Keputusan penutupan program cek fakta yang diumumkan Meta dibalas negatif oleh para pegawainya. Gelombang kritik memenuhi forum internal perusahaan yang memiliki Facebook- Instagram itu.
Seorang pegawai khawatir soal keputusan itu. Termasuk menuding Meta seakan tidak lagi menganggap penting soal fakta dan menyamakannya dengan kebebasan berbicara.
“Melepaskan diri dari tugas untuk mencoba menciptakan platform aman dan terhormat ke arah yang sangat menyedihkan,” jelas salah satu komentar dikutip CNBC Internasional, Rabu (8/1/2025).
Sementara komentar lain menyinggung adanya kecemasan perubahan pada kebijakan sejumlah topik, misalnya imigrasi hingga gender. Bahkan, pegawai lain menuliskan kekhawatiran keputusan itu menjadi membuka era penyebaran misinformasi yang kian masif.
Penutupan itu terjadi dua minggu sebelum Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih. Bukan hanya itu, serangkaian kebijakan juga dibuat Meta yang nampaknya untuk membuat tenang pemerintah AS berikutnya.
Misalnya menambah Dana White selaku CEO UFC yang juga teman lama Trump dalam dewan perusahaan. Belum lagi sumbangan senilai US$1 juta untuk pelantikan Trump.
Dalam pengumuman terkait menonaktifkan alat pengecek fakta, Joel Kaplan selaku Chief Global Affairs Meta menyebut keputusannya sebagai komitmen kebebasan ekspresi. “Kami optimis perubahan itu membantu kembali pada komitmen dasar untuk kebebasan berekspresi,” tulisnya dalam tools komunikasi internal perusahaan Workplace.
Bukan hanya itu pembatasan juga akan dicabut pada topik tertentu. Penegakan di dalam platform akan berfokus pada aktivitas ilegal dan tingkat keparahan tinggi.
Sementara untuk konten politik, platform di bawah Meta akan memberikan pendekatan lebih personal untuk pengguna.