Era Suku Bunga Tinggi Usai, BBRI Siap Terbang Tinggi

Gedung BRI
Foto: Dok BRI

Era suku bunga tinggi telah berakhir membuat sektor perbankan bergairah, salah satunya emiten bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Efek suku bunga yang dipangkas, juga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atraktif dan sempat menembus ke atas level 7900 pada hari ini, Kamis (19/9/2024). Ini menandai level All Time High (ATH) baru secara intraday.

BBRI menjadi penopang penguatan IHSG terbesar, pantauan CNBC Indonesia hingga akhir sesi I perdagangan hari dengan saham BBRI yang melesat nyaris 3% ke posisi Rp5.500 lembar saham, telah memberikan kontribusi sebanyak 21,53 indeks poin. 

Menariknya, dibandingkan IHSG yang beberapa kali mencetak ATH. Saham BBRI malah masih jauh dari level tertinggi sepanjang masa-nya.

Secara teknikal, saham BBRI kini masih dalam tren penguatan, tetapi level saat ini di Rp5.500 per lembar masih memiliki potensial upside lebih dari 17% dari level tertinggi-nya yang sempat diraih pada pertengahan Maret tahun ini di Rp6.400 per lembar.

Pergerakan teknikal BBRIFoto: Tradingview
Pergerakan teknikal BBRI

Valuasi Relatif Terdiskon Dibanding Peers

Secara valuasi, jika dibandingkan dengan rata-rata industri yang dihargai Price to Book Value (PBV) sebesar 3,3 kali. Saham BBRI ternyata masih cenderung undervalue, dengan PBV di level 2,6 kali.

Jika dihitung nilai wajarnya berdasarkan rata-rata industri tersebut, paling tidak potensi penguatan BBRI mencapai level tertinggi baru ke Rp6.950 per lembar.

Valuasi BBRIFoto: Tradingview
Valuasi BBRI

Lantas Bagaimana Kinerja BBRI Terkini?

Berbicara soal kinerja, BBRI terbilang masih cukup solid di mana laba yang berhasil dicetak sampai tujuh bulan pertama tahun ini paling jumbo di antara peers, mencapai Rp31,41 triliun.

Capaian tersebut tumbuh moderat 1,79% secara tahunan (yoy). Ini ditopang kredit yang disalurkan ekspansif tumbuh 8,59% yoy menjadi Rp1.203 triliun.

Alhasil, pendapatan dari bunga juga meningkat 14,46% yoy menjadi Rp94,60 triliun, meskipun mendapat tekanan dari beban bunga yang melonjak 47,46% yoy menjadi Rp30,32 triliun.

Kendati begitu, tekanan dari beban bunga ke depan bisa potensi turun lantaran era suku bunga telah usai pasca Bank Indonesia (BI) kemarin memangkas 25 basis poin (bps), diikuti bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) ikut turunkan suku bunga lebih banyak hingga 50 bps.

Pasca Suku Bunga Dipangkas, Sektor Bank Ketiban Berkah

Secara industri, perbankan memang menjadi industri yang sangat sensitif dengan suku bunga. Setelah sekian lama suku bunga dipertahankan tinggi yang membuat bank harus mengalokasikan beban bunga lebih banyak dan beban provisi untuk menjaga kredit macet, kini mereka akan mendapatkan gairah lantaran likuiditas akan kembali terpacu.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) sudah terlebih dahulu memangkas suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 6%. Sementara suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%. .

Pemangkasan suku bunga ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. BI mengerek suku bunga sebesar 275 bp sepanjang Agustus 2022-April 2024, sebelum kemudian menahannya pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate menjadi 6%,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*