Pada akhir 2024, harga pangan global meningkat ke level tertinggi dalam 18 bulan dan tren kenaikan ini diperkirakan akan berlanjut tahun ini. Pada bulan Oktober, data Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan harga komoditas pangan dunia mencapai level tertinggi sejak April 2023. Indeks Harga Pangan FAO, yang memantau harga lima keranjang makanan: biji-bijian, daging, susu, minyak sayur, dan gula, naik sebesar 2% pada bulan Oktober.
Kenaikan ini terutama didorong oleh lonjakan harga minyak sayur. Dari Januari hingga Oktober, kategori minyak sayur mengalami lonjakan harga terbesar, yakni melonjak 24%. Lonjakan pada harga minyak kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, dan lobak tercatat lebih tinggi.
Lalu, kenaikan ini diikuti oleh kategori susu, yang naik 17% sejak awal tahun, dipimpin oleh harga keju dan mentega. Kategori daging meningkat 10% sejak awal tahun. Sebaliknya, kategori sereal, yang sebagian besar terdiri dari gandum dan beras, turun 4,5%, sementara gula turun hampir 5% dari tahun ke tahun.
Analis sepakat faktor-faktor sisi penawaran, mulai dari cuaca hingga tantangan transportasi, telah menjadi pendorong utama.
Indeks FAO, yang mengukur harga komoditas mentah, bukan berdasarkan biaya eceran, mencatat kenaikan bahan pangan menunjukkan bahwa harga pangan yang lebih tinggi dapat terus memengaruhi konsumen. Sejumlah analis, pialang dan trader pun memperkirakan ada 4 bahan makanan utama yang harganya akan meningkat tahun ini. Berikut daftarnya:
1. Kopi dan kakao
Pasar gula, kopi, dan kakao menghadapi ketidakpastian harga yang lebih besar daripada komoditas lainnya. Kondisi ini dipaparkan oleh analis komoditas BMI Matthew Biggin.
“Meskipun harga kopi dan kakao tidak tercermin dalam indeks FAO, harga kedua komoditas tersebut menghadapi risiko paling besar,” kata Biggin, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (1/1/2025).
Cuaca yang tidak menguntungkan di produsen kopi utama Brasil telah mendorong sentimen bullish di pasar, menurut laporan BMI.
Kontrak berjangka kopi yang diperdagangkan di ICE telah melonjak hampir 70% tahun ini hingga menyentuh US$ 3,18 per pon.
Untuk biji kakao, kekhawatiran tentang hujan lebat dan kualitas biji kakao yang rendah membayangi negara produsen kakao terbesar, Pantai Gading.
Kondisi di negara ini juga telah memberikan tekanan ke atas pada harga kakao. Kondisi cuaca yang menantang dan penyakit pada tanaman juga telah memengaruhi produksi di Afrika Barat, yang menyumbang sekitar 70% dari pasokan kakao global.
Meskipun harga telah sedikit menurun dari rekor tertinggi, harga kakao berjangka masih tetap di atas level biasanya, diperdagangkan pada US$ 9.425 per metrik ton di Bursa Interkontinental AS.
“Risiko momentum kenaikan untuk muncul kembali dalam 2-3 bulan ke depan tinggi,” kata analis Citi, yang memperkirakan harga kakao akan naik menjadi US$ 10.000 per ton dalam tiga bulan ke depan. Kakao adalah bahan utama dalam cokelat, dan harga camilan kesayangan ini pada gilirannya telah terpengaruh.
2. Buah-buahan dan sayur-sayuran
Bradley Rickard, profesor ekonomi pangan dan pertanian di Charles H. Dyson School of Applied Economics and Management mengungkapkan kategori bahan pangan buah dan sayur akan “sangat terdampak” oleh kebijakan yang diusulkan oleh Presiden terpilih AS Donald Trump.
“Dan ini akan menjadi lebih rumit jika perubahan kebijakan lain memengaruhi pasokan tenaga kerja pertanian di Amerika Serikat,” kata Rickard.
Trump baru-baru ini mengatakan bahwa ia akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% untuk barang-barang dari China dan bea masuk sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko. Pasar AS khususnya akan terpukul lebih keras dengan kebijakan ini.
Pada tahun 2022, Meksiko menyumbang 69% dari impor sayur-sayuran AS dan 51% dari impor buah segar AS, menurut data terbaru dari Departemen Pertanian AS.
Meksiko adalah pemasok utama berbagai hasil bumi ke Amerika Serikat, termasuk alpukat, tomat, rasberi, paprika, dan stroberi, menurut data dari University of California, Davis.
“Barang-barang pangan yang akan mengalami kenaikan harga terbesar adalah yang tidak diproduksi di dalam negeri,” imbuh Rickard.
Komentar serupa juga diberikan oleh Peneliti Senior di International Food Policy Research Institute Joseph Glauber
Dia meyakini ketika Trump menjabat pada bulan Januari, mungkin akan terjadi “perang dagang baru” dengan Tiongkok, yang dapat sangat mengganggu perdagangan pertanian.
3. Minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya
Harga minyak nabati diperkirakan akan naik secara signifikan tahun depan dan minyak kelapa sawit menjadi sorotan karena permintaan global yang lebih tinggi memenuhi kendala pasokan. Hal ini disampaikan oleh Cheang Kang Wei, seorang pialang pertanian fisik di perusahaan jasa keuangan StoneX.
“Fenomena cuaca El Nino terbaru memengaruhi budidaya buah kelapa sawit di Indonesia, yang merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar dan menyumbang lebih dari setengah pasokan dunia,” ungkap unit penelitian Fitch Solutions BMI menulis dalam sebuah laporan.
Menurut asosiasi minyak sawit Tanah Air, produksi dalam negeri dalam delapan bulan pertama tahun 2024 mengalami penurunan hampir 5% dari periode yang sama tahun lalu.
“Hal ini diperparah oleh dorongan Indonesia untuk menggunakan lebih banyak minyak sawit untuk produksi biodiesel, yang semakin memperketat pasokan,” kata Cheang, dikutip dari CNBC Internasional.
Minyak nabati lainnya, seperti minyak lobak, juga bisa menjadi lebih mahal sebagai akibat dari tantangan pasokan yang serupa, tambah pialang StoneX.
4. Daging Sapi
Stephen Nicholson, seorang ahli strategi di bank agribisnis Rabobank mengungkapkan harga daging sapi melonjak akibat kekeringan di dataran selatan AS. Kondisi ini “sangat mengurangi” jumlah ternak.
Operasional peternak sapi potong bergantung pada curah hujan. Hal ini terkait dengan pasokan pakan bagi kawanan hewan mereka. Pasokan ini rentan terhadap kekeringan.
Selama musim kemarau ketika produksi menurun dan ketersediaan pakan ternak ikut berkurang drastis. Alhasil, produsen sering kali membeli pakan tambahan, atau mengurangi jumlah hewan mereka. Ini menyebabkan biaya yang lebih tinggi. AS adalah produsen daging sapi terbesar di dunia dan salah satu eksportir teratas.
Saat ini, harga sapi bakalan berjangka yang diperdagangkan di Chicago Mercantile Exchange naik 16% menjadi US$ 2,59 per pon tahun ini, menurut data dari FactSet. Sapi bakalan adalah sapi muda yang cukup dewasa untuk digemukkan dan disembelih.
Rabobank dan Badan Pengembangan Pertanian dan Hortikultura Inggris memperkirakan penurunan keseluruhan produksi daging sapi global akan membuat harga tetap tinggi pada tahun 2025.
“Kontraksi hewan ternak di empat negara penghasil daging sapi terbesar di dunia akan menyebabkan pengurangan pasokan daging sapi global pertama sejak pandemi Covid-19,” tulis analis Rabobank dalam laporan terbarunya.