Kalangan ekonom menyebut masih ada sejumlah sentimen pendorong pertumbuhan ekonomi yang tersisa di semester terakhir 2024. Salah satunya adalah pelantikan dan program-program yang dijalankan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan sikap wait and see para investor akan berakhir ketika pemerintahan Prabowo-Gibran dilantik. Dengan adanya kepastian itu, kata dia, maka sektor investasi dapat menjadi motor pertumbuhan di akhir 2024.
“Dengan semakin jelasnya formasi kabinet dan kebijakan pemerintahan baru, sektor swasta akan semakin percaya diri untuk berinvestasi dan melakukan ekspansi,” kata Asmo dikutip Selasa, (6/8/2024).
Dia mengatakan tanda berakhirnya sikap menunggu para investor itu nampak dari pertumbuhan kredit investasi yang meningkat. Pada akhir kuartal-II 2024, kredit investasi telah tumbuh 15,09% yoy. “Hal itu merefleksikan optimisme dunia bisnis,” ujar dia.
Atas kondisi tersebut, Asmo memprediksi rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2024 akan mencapai 5,06%.
Senada, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi kepastian mengenai hasil pemilu akan mendorong investasi. Hal itu dibantu pula dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed di akhir tahun.
“Hal ini dapat menyebabkan peningkatan investasi langsung dan arus modal masuk, sehingga memperkuat investasi sektor swasta,” kata dia.
Dengan kondisi global yang membaik, Josua menilai kinerja ekspor RI juga akan ikut terdongkrak dan bisa berkontribusi pada ekonomi. Dengan berbagai sentimen positif tersebut, dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI selama 2024 berkisar di angka 5,0-5,1%.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menilai faktor penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 juga akan menjadi sentimen positif bagi pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan penyelenggaraan Pilkada 2024 diharapkan akan mendorong konsumsi rumah tangga maupun belanja pemerintah.
“Faktor pendorong di sisa tahun bisa datang dari Pilkada pada November 2024, yang dapat mendorong konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah,” kata Satria.
Dia mengatakan keputusan pemerintah untuk melanjutkan distribusi bantuan sosial hingga akhir 2024 juga mampu menjadi katalis pertumbuhan ekonomi dari sisi belanja pemerintah. “Ditambah, pemerintah telah memutuskan untuk melanjutkan penyaluran bansos sebanyak tiga kali di semester II 2024,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 mencapai 5,11%, sementara pada kuartal II mencapai 5,05%. Dengan capaian itu, maka tingkat pertumbuhan ekonomi selama semester I 2024 mencapai 5,08%.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I amat ditopang oleh meningkatnya belanja pemerintah dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) terkait dengan Pemilihan Umum 2024. Sementara, pertumbuhan kuartal II 2024 ditopang oleh konsumsi masyarakat yang berhubungan dengan libur Idul Fitri, libur Idul Adha dan meningkatnya mobilitas masyarakat pada saat musim mudik, serta rekreasi.
Semua faktor musiman yang mampu mendorong perekonomian itu sudah tidak ada di semester II 2024. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa pada semester II 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal meleset dari target 5%.
Sementara itu, pemerintah masih optimistis ekonomi Indonesia pada 2024 mampu mencapai 5,1-5,2%. “Outlook kita sekitar 5,1% sampai 5,2% jadi ini memang masih ada peluang,” Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu.
Dalam mencapai target tersebut, menurut Febrio tidak mudah. Ada sederet tantangan yang harus dihadapi, terutama ketidakpastian global.
Tensi geopolitik yang semakin memanas membuat banyak negara khawatir tidak ada penyelesaian dari perang yang sudah terjadi baik di Ukraina maupun Gaza.
“Banyak negara yang mengalami kesulitan. Pertumbuhan kita di 5,1 sampai 5,2 itu prestasi yang luar biasa,” kata Febrio.